Orang sering berpikiran bahwa anak berkebutuhan khusus seperti anak tunarungu adalah anak yang harus selalu dikasihani, dibantu. Karena dianggap tidak mandiri dan tidak bisa banyak berbuat. Anggapan ini menurut Mukhlisin direktur Pesantren tunarungu Abata Temanggung sebagai anggapan yang keliru.

Dikatakan bahwa anak tunarungu punya potensi besar untuk bersaing dengan anak pada umumnya, yang mereka butuhkan adalah support dan dukungan. Sayangnya mereka minim dukungan, Mukhlisin menceritakan beberapa waktu lalu santri pesantren abata ikut lomba mewarnai untuk anak usia SD tingkat kabupaten, nyatanya salah satu santri Abata bisa mendapat juara 1 dengan hasil mewarnai yang cukup bagus, ini menunjukkan logika dan nilai seninya juga berpotensi untuk terus di asah dan dikembangkan.

Pesantren Abata punya program sendiri dalam upaya mengembangkan potensi tersebut, diantaranya potensi karya seni santri.

Maka dalam agenda wisuda tahfidz 18 maret nanti Pesantren Abata akan menggelar lelang karya santri tunarungu, di hadapan para tamu undangan, diantaranya adalah para pejabat di Temanggung seperti Bupati kepala instansi, kepala dinas, ketua ormas, para pengusaha Temanggung dan seterusnya.

Diantara yang akan dilelang adalah karya seni fotografi santri, lukisan kanvas, kerajinan tangan sulam berbentuk syal/selendang. Target utama dari lelang ini adalah memberikan apresiasi kepada anak tunarungu santri abata, bahwa karya mereka bisa dihargai, mereka anak anak muncul percaya diri bahwa produk karya mereka punya nilai jual. Tumbuhnya rasa percaya diri ini menjadi hal yang sangat penting dalam konsep pendidikan anak berkebutuhan khusus.